Kamis, 19 Agustus 2010

ASAL USUL SUKU KARO


Padamulanya bangsa Karo bernama suku bangsa Haru, kemudian disebut Haro, dan akhirnya dinamai suku bangsa Karo. Khususnya untuk nama suku bangsa yang menghuni wilayah suku bangsa Karo sekarang ini.

Menurut penyelidikan, setelah hancur kerajaan Haru Wampu kerajaan Lungga Timur Raja, kerajaan Haru Delituwa pada abad ke XVI akibar ageresi bala tentara kesultanan Aceh ke wilayah bangsa Haru, maka sejak itulah pecahnya bangsa Haru menjadi beberapa suku bangsa. Yaitu suku bangsa Karo, Semelungun, Pakpak, Alas, Gayo, Singkel dan Keluat. Latar belakang perpecahan suku bangsa Haru ini ialah disebabkan pengaruh kekuasaan kesultanan Aceh sebagai pemegang/penakluk kerajaan-kerajaan haru pada tahun 1539 dan tahun 1564, yang tujuan agresinya meng-islam-kan suku bangsa Haru penganut agama Hindu (perbegu) dari sekte Ciwa.

Penduduk suku bangsa Haru di daerah Kayo menjadi suku bangsa Kayo kemudian dinamai suku bangsa Gayo. Penghuni daerah Talas dinamai suku bangsa Talas kemudian disebut suku bangsa Alas. Bangsa Haru yang mendiami daerah keluat dinamai suku bangsa Keluat. Dan penduduk bangsa Haru yang mendiami sepanjang sungai Singkel menjadi suku bangsa Singkel dan semuanya masuk menjadi agama Islam. Hal ini berkaitan dengan ketetapan yang diundangkan oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alamjohar berdaulat perkasa (tahun 1606 – 1636) bahwa semua warga negara Aceh harus beragama Islam. Penduduk suku bangsa Haru di daerah pakpak, menjadi suku bangsa Pakpak. Suku bangsa Haru yang mendiami daerah Simelungen disebut sebagai suku bangsa Simelungen. Suku bangsa Haru yang mendiami daerah Karo sekarang ini kemudian disebut suku bangsa Haru. Lalu sampai sekarang dinamai suku bangsa Karo, di mana ejaan ‘u’ banyak terdapat dalam kata-kata bahasa Haru berobah dengan ejaan ‘o’. lalu akhirnya nama Haru berobah menjadi Haro. Lalu nama Haro berubah menjadi nama Karo di mana ejaan ‘h’ berobah menjadi ejaan ‘k’ karena pengaruh situasi dan lingkungan.

Bahasa Karo tua Harusbagaimana yang terdapat dalam Pustaka Alim Kembaren, terbanyak memakau ejaan ‘u’ sepertu dungkuh sekarang disebutkan dengkeh artinya dengar. Gular sekarang diucapkan gelar dll. Di salah satu daerah Karo, orang-orangtua masih ada yang menyebutkan Kao itu dengan kata Karau yaitu daerah Urung Julu.

Ada juga yang berpendapat bahwa nama suku bangsa Haru itu berobah menjadi Harau kemudian menjadi Karau, lalu menjadi Karo Sekarang ini. Sejak itu suku bangsa Haru, Karau atau Karo di daerah pesisir pantai Sumatera Timur menjadi penganut Islam yang pada waktu itu lazim disebut Jawi dan sekaligus menyebutkan suku bangsa Melayu. Pengaruh dari pedagang-pedagang Malaya dan pengaruh penguasaan kesultanan Aceh di daerah itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com